Garam, Segelas Air dan Danau



Suatu waktu seorang pemuda yang sedang galau dan dirundung masalah datang pada seorang kakek tua yang bijaksana dan mengatakan kepadanya bagaimana dia memiliki kehidupan yang sangat menyesakkan dan meminta sebuah jalan keluar.

Kakek Bijak lalu mengambil segenggam garam dan meminta pada pemuda yang sedang dirundung masalh itu untuk menaruhnya dalam segelas air, mengaduknya dan  dan kemudian meminumnya.

"Bagaimana rasanya?" – Tanya Kekek Bijak.

"Pahit ….. asin tidak karuan" – sambil meludahkannya karena tak kuasa menahan rasa tidak enak 

Sang Kakek sedikit tersenyum menunjukkan kepenuh pengertiannya. Lalu meminta pemuda tersebut untuk mengambil lagi segenggam garam dan mengajaknya pergi ke sebuah danau tidak jauh dari situ.

Keduanya berjalan berdampingan dan si pemuda tidak banyak berbicara karena larut dengan pikirannya. Sampai di danau Kakek Bijak meminta pemuda itu memasukkan garam tadi kedalam air sementara sang Kakek mengambil sepotong ranting dan memutar-mutarnya diatas air seolah-olah mencoba mengaduk garam yang telah dimasukkan ke danau tersebut.

Sang Kakek berkata, "Sekarang, ambil dan minumlah air danau itu."

Saat pemuda itu  meneguknya, sang Kakek kembali bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Bagus, segar dan menyejukkan!" - kata pemuda itu.

"Apakah kamu mencicipi garam?" - tanya sang Kakek.

"Tidak." - kata pemuda itu.

Sang Kakek duduk di samping pemuda yang bermasalah itu, menepuk-nepuk punggungnya dan berkata, "Rasa sakit dalam kehidupan adalah layaknya segenggam garam murni; tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua tergantung pada hati kita.

Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan: Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Berhentilah membuat hati dan perasaanmu menjadi “gelas” Jadilah sebuah danau.”


Seperti dikatakan oleh John C. Broger (1913-2006), seorang misionaris dan penulis, “Kemarahan dan kepahitan adalah dua tanda nyata yang berfokus pada diri sendiri dan tidak mempercayai (trusting) kedaulatan Allah dalam hidup kita. Bila Anda percaya bahwa bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”, Anda dapat menanggapi cobaan dengan sukacita dan bukannya dengan kemarahan atau kepahitan”.

Atau seperti kesaksian pengalaman pemazmur, “Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu (ya Tuhan)”, sebab Engkau melapangkan hatiku”. - Mazmur 119: 32

Sumber/Bahan: daily-dew.com, salt, glass ofwater and thelake; https://mutiarakatakristiani.wordpress.com/...

Comments

Popular Posts