Remaja Buta Yang Membuka Jendela Dunia Bagi Yang Buta



Lagu Amazing Grace adalah salah satu lagu hymne yang sangat populer di kalangan umat Kristen. Lagu karangan John Newton ini memang sangat indah. Selain alunan musiknya yang begitu teduh, liriknya pun mengungkapkan kebahagiaan yang dialami seseorang dikala pertama kali mengalami kasih Tuhan.
I once was lost, but now am found; Was blind, but now I see.’ Penggalan lirik ini mengingatkan kita pada Louis Braille, sosok pria tuna netra yang penuh iman. Tepat pada setiap tanggal 4 Januari, kita merayakan hari Braille Sedunia, yang bertepatan dengan kelahiran Louis Braille. Dia adalah seorang pria tuna netra yang membuat orang-orang penyandang tuna netra sepertinya terdorong untuk bisa menggali potensi sama seperti orang normal pada umumnya.
Pria yang lahir pada 4 Januari 1809, di kota Coupvray, Perancis ini berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Karena itulah orangtua segera membaptis Louis sesaat setelah lahir. Tapi di usia tiga tahun, saat bermain di bengkel ayahnya, sebuah pisau tajam tertancap ke salah satu matanya. Akibatnya, salah satu matanya pun rusak. Luka di bola matanya yang tak segera ditangani pihak medis menyebabkan matanya mengalami infeksi yang parah dan menyebar ke bagian bola matanya yang lain. Penanganan medis yang serba terbatas menyebabkan Louis harus kehilangan penglihatannya secara total saat berusia lima tahun.



Sejak itu, dia benar-benar buta total. Meski kondisinya begitu menyedihkan, orangtuanya tetap berusaha untuk memberikan Louis kehidupan sebagaimana anak-anak normal pada umumnya. Dia didaftarkan ke sebuah sekolah khusus penyandang tuna netra di Paris.
Di sana, Louis dikenal sebagai murid yang sangat cerdas. Tak hanya cerdas secara kemampuan akademis, dia juga punya jiwa seni yang tinggi lewat permainan piano. Dari sanalah dia kemudian menjadi organis.
Mentornya bernama Kapten Barbier kemudian mengajarinya cara berkomunikasi efektif yang bisa dilakukan oleh penyandang tuna netra lewat metode ‘night writing’. Metode ini biasanya digunakan dalam operasi militer. Tapi kemudian diajarkan kepada mereka yang kehilangan penglihatannya.
Metode ini memang dianggap terlalu rumit. Karena itulah diusia 15 tahun, Louis kemudian menemukan metode enam titik yang banyak diajarkan kepada para penyandang tuna netra di seluruh dunia yang disebut dengan Braille Alphabet. Atas penemuan inilah yang menghantarkannya menjadi seorang guru besar dan musisi berbakat. Tahun 1834, Louis mulai mengajar di Institusi Kerajaan Perancis dan di tahun 1839, dia dipercayakan sebagai organis di Gereja St Nicolas des Champs dan Gereja St Vincent de Paul.
Terlepas dari ketenaran yang diperolehnya, Louis sama sekali tak pernah mencari popularitas pribadi. Dia benar-benar membuktikan bahwa kondisi matanya yang buta bukan penghalang untuk dia bisa mengembangkan semua potensi besar di dalam dirinya. Dia juga dikenal sebagai pribadi yang murah hati sekaligus rendah hati.
Sayangnya, kondisi kesehatan yang terus memburuk menyebabkan Louis meninggal dunia di usianya yang baru memasuki 43 tahun. Di detik-detik terakhir sebelum menghembuskan nafas, dia membuktikan bahwa imannya kepada Tuhan begitu kuat. Dia menyampaikan kalimat yang mendalam tentang kasih Tuhan. Katanya, “Tuhan berkenan menyediakan harapan abadi yang mempesona di depan mataku. Setelah itu, tidakkah tak ada lagi sesuatu yang membuatku terikat di dunia ini?”
Pada tahun 1952, prestasinya akhirnya diakui oleh Pemerintah Prancis. Dia kemudian diberi penghormatan dengan memindahkan pemakamannya dari kampung kelahirannya di Coupray ke Patheon di Paris, sebuah makam pahlawan nasional Prancis.
Sebagai sosok yang kehilangan penglihatan, Louis benar-benar hidup mengandalkan mata imannya. Dia adalah sosok penuh iman yang melihat bukan dengan mata fisik, tapi dia mampu melihat dan melakukan hal-hal besar dengan mengandalkan penglihatan dari Tuhan yang jauh lebih baik dari mata jasmani kita.
Semoga kisah ini menyadarkan kita bahwa Tuhan memakai orang-orang yang tidak sempurna untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Supaya dunia bisa menyadari bahwa Tuhan tidak memandang rupa atau fisik tapi memandang iman percaya kita.

Sumber : Lori Mora, Jawaban.com

Comments

Popular Posts