Suami Yang Hilang dan Isteri Yang Menantikannya Pulang
https://youtu.be/7-RlLFxgCkk
Pada tahun 1971, sebuah surat kabar New York menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di kota kecil White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita cantik dan baik.
Sayangnya dia tidak menjadi suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan istrinya.
Satu malam, dia mencuri semua uang istrinya, dan naik bis menuju ke kota besar, New York. Bersama beberapa temannya, dia mendirikan sebuah usaha dan sukses. Untuk sesaat, dia benar-benar menikmati hidup. Setiap hari dia berjudi, mengkonsumsi obat, dan berganti wanita.
Bulan dan tahun berlalu. Bisnisnya tiba-tiba mengalami kebangkrutan dan mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai melakukan berbagai tindakan criminal. Dia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu banyak orang. Pada suatu saat, dia ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara selama tiga tahun.
Di penjara, dia mulai merindukan rumahnya. Merindukan istri dan anaknya. Di benar-benar ingin berjumpa dengan mereka. Setiap hari di pikirannya hanya berisi tentang keinginan-keinginan itu.
Akhirnya di masa-masa akhir hukumannya, dia memberanikan diri untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesal dirinya. Bahwa dia begitu rindu dengan istri dan anaknya itu. Dia berharap bisa kembali, namun juga akan sangat mengerti bahwa mungkin semuanya sudah terlambat sekarang. Oleh karena itu, di akhir suratnya dia menulis,
“Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau menyatakannya? Ikatlah sebuah pita kuning pada satu-satunya pohon beringin besar di kota kita itu jika kamu masih mau menerimaku kembali. Apabila aku lewat di beringin itu dan tidak menemukan pita kuning yang diikat, tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku tidak akan turun dari bis dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji untuk tidak akan mengganggumu lagi dan anak-anak seumur hidupku.”
Akhirnya hari pelepasannya pun tiba. Dia sangat gelisah. Tidak pernah ada surat balasan satu pun dari istrinya. Dia bahkan tidak tahu apakah istrinya menerima surat itu atau tidak. Dan jika dia menerimanya, apakah istrinya itu mau mengampuninya?
Dia menaiki bis menuju ke Miami, Florida, yang melewati kampong halamannya, White Oak. Dia begitu gugup ketika hampir sampai di White Oak. Seisi bis mendengar ceritanya karena dia membutuhkan dukungan. Dan semua penumpang pun kemudian meminta kepada sang supir bis untuk berjalan pelan-pelan ketika melewati White Oak, terutama di pusat kota di mana pohon beringin yang disebut orang itu berada.
Hatinya berdebar kencang ketika mendekati pusat kota. Dia mulai berkeringat dingin. Wajahnya terus menunduk tidak berani mengangkat kepalanya.
Akhirnya, dia memberanikan diri melihat pohon itu.
Air matanya langsung menetes seketika. Dia tidak melihat sehelai pita kuning. Tidak ada satu helai pita kuning. Yang ada adalah ratusan helai pita kuning yang memenuhi pohon itu.
Sang supir langsung menelepon surat kabar untuk menyampaikan cerita ini. Pada akhirnya, pada tahun 1973, seseorang menulis lagu tentang cerita ini dengan judul, “Tie a Yellow Ribbon around the Old Oak Tree.” Dan lagu itu menjadi hits pada tahun itu.
Lagu ini ditulis oleh Irwin Levine & L. Russell Brown. Mencapai tophit nomor 1 di USA dan Inggris selama bulan April 1973 dan nomor 1 di tangga lagu Australia selama 7 minggu dari Mei-Juli 1973.
Lagu ini juga cukup populer pada masa ketika perang Vietnam akan segera berakhir dan banyak pasukan kembali ke AS.
Apakah sungguh kisah diatas kisah nyata? Walaupun saya tidak menemukan jawabannya saya kira kisah tersebut adalah ilustrasi kisah nyata dari cinta dan pengampunan yang sesungguhnya yang tidak pernah terbatas. Kalau boleh saya kaitkan dengan iman percaya saya, kisah itu adalah bayang-bayang dari kasih Tuhan yang tak terbatas, yang “menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).
Menurut penulis lagu, L. Russell Brown, "... Asal usul gagasan (lagu) ini berasal dari kisah rakyat lama tentang tawanan Perang Sipil AS (American Civil War) yang mengirim surat kepada putrinya bahwa ia akan pulang dari kamp Tawanan Perang (POW) konfederasi di Georgia ..."
Saat ini pita kuning terus menjadi simbol dukungan bagi pasukan AS dimana mereka bertugas. Pita-pita tersebut dapat ditampilkan oleh mereka yang menunggu kembalinya orang yang dicintai dari tugasnya atau oleh siapa saja yang mendukung pasukan yang sedang bertugas!
Contoh paling dramartis ketika krisis penyanderaan di Iran, kampanye dimulai oleh Suzan E. Garret (salahs seorang isteri tentara AS yang bertugas) untuk mendukung sandera AS dengan mengikatkan pita-pita kuning di sekitar pohon di tempat umum.
Penelope Laingen, istri Bruce Laingen, salah satu petugas departemen luar negeri yang disandera, mengikat pita-pia kuning di sekitar pohon di depan rumahnya. Simbolisme berlanjut untuk mendukung pembebasan sandera dengan selamat dan untuk merayakan kepulangan yang aman ke AS pada tahun 1981.
Silahkan kalau mau dendangkan lagunya sambil mendengarkannya di video terlampir:
I’m coming home
I’ve done my time
And I have to know what is or isn’t mine
If you received my letter
Telling you I’d soon be free
Than you know just what to do
If you still want me
If you still want me
Oh tie a yellow ribbon
‘round the old oak tree
Its been three long years
Do you still want me
If I don’t see a yellow ribbon ‘round the old oak tree
I’ll stay on the bus, forget about us
Put the blame on me
‘Cause I couldn’t bare to see what I might see
I’m really still in prison
And my love she holds the key
A simple yellow ribbon is all I need to set me free
I wrote and told her please
Oh tie a yellow ribbon ‘round the old oak tree
It’s been three long years
Do you still want me
If I don’t see a yellow ribbon ‘round the old oak tree
I’ll stay on the bus, forget about us
Put the blame on me
If I don’t see a yellow ribbon ‘round the old oak tree
Now the whole damn bus is cheering
And I can’t believe
I see a hundred yellow ribbons ‘round the old oak tree
Bahan: Intisari
Pada tahun 1971, sebuah surat kabar New York menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di kota kecil White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita cantik dan baik.
Sayangnya dia tidak menjadi suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan istrinya.
Satu malam, dia mencuri semua uang istrinya, dan naik bis menuju ke kota besar, New York. Bersama beberapa temannya, dia mendirikan sebuah usaha dan sukses. Untuk sesaat, dia benar-benar menikmati hidup. Setiap hari dia berjudi, mengkonsumsi obat, dan berganti wanita.
Bulan dan tahun berlalu. Bisnisnya tiba-tiba mengalami kebangkrutan dan mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai melakukan berbagai tindakan criminal. Dia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu banyak orang. Pada suatu saat, dia ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara selama tiga tahun.
Di penjara, dia mulai merindukan rumahnya. Merindukan istri dan anaknya. Di benar-benar ingin berjumpa dengan mereka. Setiap hari di pikirannya hanya berisi tentang keinginan-keinginan itu.
Akhirnya di masa-masa akhir hukumannya, dia memberanikan diri untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesal dirinya. Bahwa dia begitu rindu dengan istri dan anaknya itu. Dia berharap bisa kembali, namun juga akan sangat mengerti bahwa mungkin semuanya sudah terlambat sekarang. Oleh karena itu, di akhir suratnya dia menulis,
“Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau menyatakannya? Ikatlah sebuah pita kuning pada satu-satunya pohon beringin besar di kota kita itu jika kamu masih mau menerimaku kembali. Apabila aku lewat di beringin itu dan tidak menemukan pita kuning yang diikat, tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku tidak akan turun dari bis dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji untuk tidak akan mengganggumu lagi dan anak-anak seumur hidupku.”
Akhirnya hari pelepasannya pun tiba. Dia sangat gelisah. Tidak pernah ada surat balasan satu pun dari istrinya. Dia bahkan tidak tahu apakah istrinya menerima surat itu atau tidak. Dan jika dia menerimanya, apakah istrinya itu mau mengampuninya?
Dia menaiki bis menuju ke Miami, Florida, yang melewati kampong halamannya, White Oak. Dia begitu gugup ketika hampir sampai di White Oak. Seisi bis mendengar ceritanya karena dia membutuhkan dukungan. Dan semua penumpang pun kemudian meminta kepada sang supir bis untuk berjalan pelan-pelan ketika melewati White Oak, terutama di pusat kota di mana pohon beringin yang disebut orang itu berada.
Hatinya berdebar kencang ketika mendekati pusat kota. Dia mulai berkeringat dingin. Wajahnya terus menunduk tidak berani mengangkat kepalanya.
Akhirnya, dia memberanikan diri melihat pohon itu.
Air matanya langsung menetes seketika. Dia tidak melihat sehelai pita kuning. Tidak ada satu helai pita kuning. Yang ada adalah ratusan helai pita kuning yang memenuhi pohon itu.
Sang supir langsung menelepon surat kabar untuk menyampaikan cerita ini. Pada akhirnya, pada tahun 1973, seseorang menulis lagu tentang cerita ini dengan judul, “Tie a Yellow Ribbon around the Old Oak Tree.” Dan lagu itu menjadi hits pada tahun itu.
Lagu ini ditulis oleh Irwin Levine & L. Russell Brown. Mencapai tophit nomor 1 di USA dan Inggris selama bulan April 1973 dan nomor 1 di tangga lagu Australia selama 7 minggu dari Mei-Juli 1973.
Lagu ini juga cukup populer pada masa ketika perang Vietnam akan segera berakhir dan banyak pasukan kembali ke AS.
Apakah sungguh kisah diatas kisah nyata? Walaupun saya tidak menemukan jawabannya saya kira kisah tersebut adalah ilustrasi kisah nyata dari cinta dan pengampunan yang sesungguhnya yang tidak pernah terbatas. Kalau boleh saya kaitkan dengan iman percaya saya, kisah itu adalah bayang-bayang dari kasih Tuhan yang tak terbatas, yang “menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).
Menurut penulis lagu, L. Russell Brown, "... Asal usul gagasan (lagu) ini berasal dari kisah rakyat lama tentang tawanan Perang Sipil AS (American Civil War) yang mengirim surat kepada putrinya bahwa ia akan pulang dari kamp Tawanan Perang (POW) konfederasi di Georgia ..."
Saat ini pita kuning terus menjadi simbol dukungan bagi pasukan AS dimana mereka bertugas. Pita-pita tersebut dapat ditampilkan oleh mereka yang menunggu kembalinya orang yang dicintai dari tugasnya atau oleh siapa saja yang mendukung pasukan yang sedang bertugas!
Contoh paling dramartis ketika krisis penyanderaan di Iran, kampanye dimulai oleh Suzan E. Garret (salahs seorang isteri tentara AS yang bertugas) untuk mendukung sandera AS dengan mengikatkan pita-pita kuning di sekitar pohon di tempat umum.
Penelope Laingen, istri Bruce Laingen, salah satu petugas departemen luar negeri yang disandera, mengikat pita-pia kuning di sekitar pohon di depan rumahnya. Simbolisme berlanjut untuk mendukung pembebasan sandera dengan selamat dan untuk merayakan kepulangan yang aman ke AS pada tahun 1981.
Silahkan kalau mau dendangkan lagunya sambil mendengarkannya di video terlampir:
I’m coming home
I’ve done my time
And I have to know what is or isn’t mine
If you received my letter
Telling you I’d soon be free
Than you know just what to do
If you still want me
If you still want me
Oh tie a yellow ribbon
‘round the old oak tree
Its been three long years
Do you still want me
If I don’t see a yellow ribbon ‘round the old oak tree
I’ll stay on the bus, forget about us
Put the blame on me
‘Cause I couldn’t bare to see what I might see
I’m really still in prison
And my love she holds the key
A simple yellow ribbon is all I need to set me free
I wrote and told her please
Oh tie a yellow ribbon ‘round the old oak tree
It’s been three long years
Do you still want me
If I don’t see a yellow ribbon ‘round the old oak tree
I’ll stay on the bus, forget about us
Put the blame on me
If I don’t see a yellow ribbon ‘round the old oak tree
Now the whole damn bus is cheering
And I can’t believe
I see a hundred yellow ribbons ‘round the old oak tree
Bahan: Intisari
Comments
Post a Comment