Kedamaian Hati
Suatu ketika seorang Guru berjalan dari satu kota ke kota lain dengan beberapa pengikutnya. Dalam perjalaanan, mereka kebetulan melewati sebuah danau. Mereka berhenti di sana dan Sang Guru memberi tahu salah seorang muridnya, “Saya haus. Tolong ambilkan saya air dari danau itu di sana”.
Murid tersebut berjalan ke danau. Ketika dia sampai di sana, dia memperhatikan bahwa beberapa orang sedang mencuci pakaian di air danau, dan pada saat yang sama sebuah gerobak sapi liwat menyeberangi danau tepat di pinggirnya. Akibatnya, air menjadi sangat berlumpur, sangat keruh. Murid itu berpikir, “Bagaimana saya dapat memberikan air berlumpur ini kepada sang Guru untuk diminum?!” Maka dia kembali dan memberi tahu Sang Guru, “Air di sana sangat berlumpur. Menurut saya ini tidak layak untuk diminum”.
Sang Guru lalu berkata, mari kita beristirahat sejenak di sini di bawah pohon. Setelah sekitar setengah jam, sekali lagi sang Guru meminta murid yang sama untuk kembali ke danau dan mengambilkan air untuk diminum.
Murid dengan patuh kembali ke danau. Kali ini dia menemukan bahwa air danau itu benar-benar jernih. Lumpur telah mengendap dan air di atasnya tampak layak untuk diambil dan diminum. Dia mengambil air dengan sebuah botol air minum dan membawanya ke Sang Guru.
Sang Guru melihat ke air, dan kemudian dia melihat ke arah murid itu dan berkata, “Lihat, airnya sudah jernih. Anda membiarkannya …. dan lumpur itu mengendap dengan sendirinya. Anda mendapat air yang jernih dan anda tidak membutuhkan upaya apa pun”.
------------------------
Pesan yang ingin disampaikan adalah : Pikiran manusia juga mempunyai kapasitas itu. Ketika ia galau atau bahkan kacau, berikan sedikit waktu. Ia akan tenang dengan sendirinya – pada hakekatnya tanpa perlu berusaha menenangkannya. Kita bisa membuat penilaian dan mengambil keputusan terbaik dalam hidup kita ketika kita tenang.
Prinsip ini digunakan dalam dunia militer, dimana prajurit yang mendapat tindakan yang tidak dapat diterimanya dapat menyampaikan keberatan setelah dua kali 24 jam.
OK Hok Ham (1933 – 2007), sejarawan besar Indonesia yang juga penulis dan kolumnis yang produk ketika ditanya “TEMPO” bagaimana dia menghasilkan tulisan yang tetap segar, tajam dan jernih, menjelaskan bahwa itu tidak terjadi begitu saja. Dia membutuhkan dua atau tiga kali koreksi setelah draft tulisan diendapapkan beberapa waktu - menyisihkan hal-hal yang subyektif dan menampilkan yang obyektif.
Secara iman kritistiani keteduhan pikiran yang penuh ada dalam Tuhan, dalam penyerahan penuh pada Tuhan, seperti dinyatakan pemazmur “Hanya dekat Allah saja aku tenang” (Mazmur 62:2).
Seperti dijanjikan oleh Yesus sendiri, “…..Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14:27). Itulah damai sejahtera yang dikerjakan Allah sendiri dalam kita, damai kualitas Allah, “yang melampaui segala akal” yang “akan memelihara hati dan pikiran” kita dalam Kristus Yesus yang kepadanya kita percaya dan berserah penuh. (Filipi 4:7).
(Bahan: https:/daily-dew.com, Peace of Mind)
Comments
Post a Comment