Permata Dibawah Pelana



PADA suatu waktu seorang saudagar yang berjalan di pasar menemukan seekor unta bagus yang sedang dijual.

Saudagar dan penjual unta, keduanya negosiator yang terampil, melakukan tawar-menawar yang sulit.

Akhirnya penjual unta merasa senang dengan ketrampilannya karena mendapatkan apa yang menurutnya merupakan harga yang sangat baik, berpisah dengan untanya.

Saudagar itu pun merasa puas karena telah mendapatkan kesepakatan harga yang fantastis, ia dengan bangga berjalan pulang membawa unta, tambahan terbaru untuk peternakannya.

Saat tiba di rumah, saudagar itu menyuruh pelayannya untuk melepaskan pelana unta.
Dengan sedikit kesulitan, pelayan melepaskan pelana yang berat itu seorang diri.

Setelah dilepas, pelayan itu menemukan sebuah kantong beludru kecil di bawah pelana, yang ternyata dipenuhi dengan permata berharga !!

Pelayan itu berseru dengan semangat, "Tuan, tuan membeli unta ... tapi lihat apa yang datang bersamanya dengan gratis!"

Saudagar merasa heran ketika melihat perhiasan di telapak tangan pelayannya. Perhiasan itu memiliki kualitas luar biasa, berkilau dan berkelap-kelip di bawah sinar matahari.
"Aku membeli unta," katanya, "tidak bersama perhiasannya. Aku harus segera mengembalikannya ke penjual unta."

Pelayan itu terperanjat ..... tuannya benar-benar bodoh. "Tuan, tidak ada yang akan tahu."
Tetapi saudagar segera kembali ke pasar dan menyerahkan kembali kantong beludru kepada penjual unta.

Penjual unta sangat senang, "Saya lupa bahwa saya menyembunyikan perhiasan ini di pelana."
"Silahkan pilih salah satu permata sebagai hadiah."

Saudagar itu berkata, "Saya membeli unta dan sudah membayar harga yang adil hanya untuk unta saja, jadi TIDAK, terima kasih, saya tidak perlu imbalan apa pun."
Saudagar menolak terus, tetapi penjual unta bersikeras.

Akhirnya si saudagar berkata dengan tersenyum, "Sebenarnya ketika aku memutuskan untuk membawa kantong itu kembali kepadamu, aku sudah mengambil dan menyimpan dua permata yang paling berharga."

Penjual unta agak terperangah dengan pengakuan tersebut, dengan cepat mengosongkan kantong untuk menghitung permata. Namun dia sangat bingung, "Semua perhiasan saya ada di sini. Perhiasan apa yang Anda simpan?

"Dua yang paling berharga," kata si saudagar, "Integritas dan Penghargaan terhadap diri sendiri."

________


Dan memang dalam kehidupan nyata, seseorang diukur (secara formal dan informal) berdasarkan integritasnya.

Sumber integritas dari sudut kekristenan adalah ketika kita menempatkan hati kita benar di hadapan Allah dan manusia sepanjang hidupnya.

Walaupun tidak menyebut kata integritas, Amsal 4:23 mengatakan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Integritas selalu bergantung pada Allah sebagai sumber segala hikmat, bukan pada manusia!. “TUHANlah yang memberikan hikmat; dari Dialah manusia mendapat pengetahuan dan pengertiaN” - Amsal 2:6 (BIS)

Comments

Popular Posts